Percaya dan berharap hanya kepada Allah (Amsal 3:5-8)



Kenyamanan, kemewahan, kesuksesan sering sekali membuat manusia meragukan Tuhan. Akibat terpenuhinya semua kebutuhan, manusia sering sekali menganggap Allah tidak ada dan semua yang mereka peroleh dianggap hasil karya sendiri. Hal inilah yang terus terjadi dari sejak dosa pertama masuk dan sampai saat ini. Jadi tidak heran jika kitab Amsal dituliskan untuk menasehati manusia di zaman Perjanjian Lama.
Amsal merupakan salah satu dari kitab sastra yang berisi bermacam-macam nasihat. Pada pasal tiga, dituliskan beberapa macam nasihat dan ajaran. Cara menasihati penulis kitab Amsal ibarat seorang ayah kepada anak sendiri. Sungguh penuh dengan kasih. Nats yang telah kita baca tadi juga berisi nasihat-nasihat. Tema yang saya ambil dari nats ini adalah, “Percaya dan berharap hanya kepada Allah.” Nats ini akan saya bagi menjadi dua bagian besar, yaitu:

1.  Lima Nasihat terhadap Pembaca (5-7)
Pada nats ini ada lima nasihat yang dituliskan oleh penulis kitab Amsal. Ada tiga nasihat yang bersifat positif dan dua nasihat bersifat larangan. Nasihat itu adalah:

Pertama, Percayalah Kepada Tuhan dengan segenap hatimu. 
Nasihat pertama ini merupakan kunci dari semua nasihat yang Tuhan berikan kepada pembaca kitab Amsal melalui penulis kitab Amsal. Dalam bahasa asli kata yang dipakai adalah “betah” yaitu, qal imperatif, suatu perintah yang bersifat terus-menerus. Setiap orang diperintahkan untuk percaya kepada Tuhan secara terus-menerus tanpa memandang waktu. Mengapa nasihat ini muncul? Kemungkinan karena banyaknya hal yang dapat membuat manusia merasa nyaman selain Tuhan, seperti ilah-ilah lain, harta, jabatan, suami, istri, uang dan lain-lain, sehingga kedaulatan Allah mulai mereka ragukan. Padahal jika manusia berharap kepada oknum atau materi di luar Allah, mereka tidak akan pernah bahagia, karena semua itu tidak kekal.
Tuntutan untuk percaya kepada Allah juga harus dilakukan dengan sepenuh hati atau segenap hati. Artinya, tidak boleh setengah-setengah dalam hal kepercayaan kepada Allah. Harus Allah seorang saja yang dipercayai, kepercayaan itu juga tidak boleh dibagi-bagi karena setiap orang yang kepercayaannya terhadap Allah terbagi adalah orang yang mendua hati dan orang seperti itu tidak akan tenang.

Kedua, Janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. 
Nasihat ini berupa larangan. Dalam bahasa asli kata yang dipakai adalah “tissaen” yaitu niphal dan ada penambahan kata “al” sehingga kata ini menjadi perintah yang bersifat pasif. Artinya diri sendiri menjadi sandaran. Allah melarang hal ini. Melalui penulis kitab Amsal, Allah menegur setiap orang agar jangan bersandar kepada pengertian sendiri. Mengapa? Karena tidak ada kebaikan yang akan diterima manusia ketika ia bersandar kepada dirinya sendiri, karena manusia adalah orang yang lemah, orang berdosa dan tidak berkhimat.

Ketiga, akuilah Dia dalam segala lakumu. 
Siapakah “Dia” yang dimaksud dalam nats ini? Dia yang dimaksud adalah Allah. Kata yang digunakan dalam bahasa Ibrani adalah “daehu,” qal, imperatif. Artinya, mengakui Allah harus dilakukan secara terus-menerus bukan di kala suka saja atau duka saja. Akan tetapi, di kala suka dan duka. Dari nasihat ini juga manusia diajarkan untuk tidak sombong. Banyak sekali orang merasa bahwa jika ia dapat melakukan semua hal, itu semua karena dia atau karena usahanya sendiri.  Hal ini sangatlah salah! Dalam segala hal baik itu prestasi, kesuksesan, kenyamanan, kemuliaan dan lain-lain diperoleh karena Tuhan bukan karena manusia. Penulis Amsal juga menuliskan dampak dari mengakui Allah dalam segala laku manusia yaitu: Allah akan meluruskan jalanmu. Kenapa penulis Amsal begitu yakin, saat Allah diakui oleh manusia maka segala jalan manusia akan diluruskan? Karena penulis Amsal yakin bahwa hanya Allah yang mengetahui masa depan manusia. Hanya Allah yang tahu apa yang terbaik bagi manusia.

Nasihat keempat adalah jangan menganggap dirimu sendiri bijak. 
Nasihat keempat ini juga berupa larangan. Kenapa? Karena hanya Allah saja yang bijak, jadi jangan sekali-kali manusia menganggap dirinya sendiri bijak. Jika ada manusia yang menyangka dirinya bijak, ia pasti tidak akan percaya kepada Allah, ia pasti akan sombong dan menganggap dirinya sendiri mampu berbuat apapun. Jadi, manusia dilarang untuk menyangka bahwa dirinya bijak, ingat sumber kebijakan adalah dari Allah.

Kelima, takutlah akan Tuhan dan jauhilah yang jahat. 
Kedua nasihat ini juga bersifat qal, imperatif. Artinya harus dilakukan juga secara terus-menerus. Jadi, sikap yang seharusnya dimiliki oleh manusia setiap saat adalah takut kepada Allah dan menjauhi yang jahat. Takut bukan berarti rasa takut seperti melihat setan. Tetapi kata takut yang digunakan pada bagian ini adalah kata kerja yang artinya takut secara hormat kepada Allah. Ketika ada rasa takut maka manusia pasti akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak Allah dan berhati-hati dalam segala hal.
Mengapa hal ini menjadi nasihat yang begitu penting? Karena di zaman itu sudah banyak manusia yang takut bukan kepada Allah, tetapi takut jika harta hilang, takut jika tidak bisa hidup mewah, takut kehilangan jabatan, takut kehilangan pasangan dan lain-lain. Di atas itu semua, seharusnya takut terhadap Allah. Bukti dari rasa takut itu juga adalah menjauhi segala yang jahat. Jika ada orang yang mengatakan takut kepada Allah namun berbuat jahat, maka itu adalah sebuah kebohongan.

2. Dampak dari Nasihat-nasihat
Pada ayat ke-delapan, penulis kitab Amsal menuliskan dampak dari nasihat-nasihat tersebut yaitu: menyembuhkan tubuh dan menyegarkan tulang. Artinya, semua nasihat yang diberikan Allah berdampak positif dan menjadi sumber kesehatan serta kehidupan bagi manusia. Bagaimana jika diperhatikan di zaman ini banyak sekali orang yang merasa sakit padahal jika dideteksi secara medis tidak ada penyakitnya. Jangan-jangan karena tidak percaya kepada Allah, tidak mengandalkan Allah dan merasa diri sendiri bijak maka bermacam penyakit itu timbul.
Saudara-saudari yang terkasih, firman Tuhan ini telah menjadi pelajaran bagi kita. Ada 5 nasihat yang diajukan  yaitu:
1.      Percayalah Kepada Tuhan dengan segenap hatimu.
2.      Janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
3.      Akuilah Dia dalam segala lakumu
4.      Jangan menganggap dirimu sendiri bijak
5.      Takutlah akan Tuhan dan jauhilah yang jahat
Semua perintah ini bersifat qal, imperatif. Artinya harus dilakukan secara terus-menerus. Manakah diantara nasihat ini yang belum kita lakukan?
Dari kelima nasihat ini, kita diajarkan untuk percaya dan berharapan penuh kepada Allah, bukan kepada diri sendiri ataupun orang lain, karena ketika kita percaya kepada oknum atau materi di luar Allah kita akan kecewa dan banyak mengalami kegagalan. Banyak mungkin orang karena ia memilki banyak uang, ia akan congkak, lupa bahwa semua itu berasal dari Allah, sehingga ketika sakit langsung cepat-cepat ke dokter atau minum obat, bukan berdoa. Ini adalah hal yang salah. Mungkin juga karena ia berhikmat atau pintar, sehingga menganggap orang lain bodoh, menyepelekan orang lain dan menganggap bahwa hanya dia sendiri yang bijak. Ini juga salah. Hal lain yang dapat kita lihat dan mungkin juga kita alami dalam pergumulan, misalnya tidak punya uang, punya masalah di keluarga, punya masalah dalam percintaan dan study, yang dilakukan adalah menanggung beban itu sendiri, melupakan Allah dan tidak berdoa. Ini ciri orang yang hanya mengandalkan diri sendiri. Dengan bersikap demikian, secara tidak langsung kita mengusir kehadiran dan kekuasaan Allah dalam hidup kita.
Bukan hanya itu, misalnya juga merasa takut akan Allah namun tidak menjauhi yang jahat. Sikap yang jahat masih ada, seperti membenci, berfikiran negatif terus terhadap orang lain, menghina teman, malas melayani dan lain-lain. Ini adalah sikap yang sangat salah. Sebagai orang percaya seharusnya kita terus belajar dan berjuang untuk mematuhi ke lima nasihat ini.
Dampak dari melakukan nasihat ini adalah Allah akan meluruskan jalan  kita, menyembuhkan tubuh dan menyegarkan tulang kita. Artinya, semua nasihat itu berdampak positif dalam hidup kita. Coba bayangkan mana bisa orang hidup sehat jika dipikirannya hanya hal yang jahat, hanya iri, benci, mencuri, membunuh dan korupsi. Hal itu akan merusak hidup orang itu. Coba pikirkan mana ada orang yang bersukacita jika hanya sombong dengan mengandalkan diri sendiri atau orang lain, ketika yang diandalkannya tidak seperti yang ia inginkan maka ia akan kecewa, ketika ia kecewa otomatis, sukacitanya akan hilang. Coba bayangkan, mana ada orang tenang jika tidak takut akan Tuhan? Pasti kerjanya hanya mencuri, melakukan hal-hal yang menjijikkan dihadapan Allah, menggosip dan merasa tidak bersalah dengan hal itu karena tidak takut kepada Allah. Semua hal ini tidak akan menyehatkan kita. Oleh karena itu, janganlah letakkan kepercayaan dan harapan kita kepada oknum di luar Allah atau kepada diri kita sendiri, tetapi marilah letakkan kepercayaan dan harapan kita kepada Allah. Allah yang selalu setia dalam suka dan duka kita, Allah yang memahami masa depan kita dan Allah yang tidak akan pernah meninggalkan kita.

Soli deo Gloria~~~

Komentar

Postingan Populer