Kedaulatan Allah dalam kehidupan Manusia
Yesaya pasal
40-55 adalah bagian dari kitab Yesaya yang ditujukan kepada orang-orang Yehuda
yang akan hidup dalam pembuangan di Babel. Saat itu, mereka
dalam keadaan hancur tanpa harapan. Yesaya
memberitakan bahwa tak lama lagi Tuhan membebaskan umat-Nya dan membawa mereka pulang ke Yerusalem,
untuk memulai suatu hidup baru. Tema penting bagian ini ialah bahwa Tuhan adalah Tuhan yang
menguasai sejarah, dan bahwa Ia merencanakan untuk mengutus umat-Nya ke segala
bangsa yang akan diberkati melalui Israel.
Secara terkhusus,
pada pasal 55, menceritakan bahwa bangsa Israel telah meninggalkan Allah dan
kebenaran-Nya. Akan tetapi, Allah mengundang mereka untuk kembali kepada-Nya,
sehingga mereka memperoleh persekutuan dan berkat.
Pada pasal ini
ditunjukkan bahwa syarat penting untuk keselamatan adalah lapar dan dahaga
rohani. Orang-orang seperti inilah yang akan memperoleh pengampunan.
Pengampunan tersebut datang melalui keturunan Daud, Sang Mesias. Thema yang
saya ambil dari nats ini adalah, “Kedaulatan Allah dalam kehidupan Manusia.”
Nats ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Perintah
Tuhan Bagi Orang-orang Yang Bertobat
Pada pasal ini
dinyatakan bahwa Allah menyediakan keselamatan bagi Israel. Allah tidak hanya
menyatakan keselamatan, namun juga menyatakan beberapa perintah. Adapun
perintahnya adalah:
Pertama,
“carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui,” ada dua hal yang bisa kita lihat
dari perintah ini, yaitu perintah untuk mencari dan adanya batasan untuk
mencari Tuhan. Dalam bahasa Ibrani kata “Carilah” yang digunakan adalah “dirsu”
bersifat qal imperatif. Qal imperatif adalah sebuah perintah langsung atau
sebuah permintaan. Oleh karena itu, perintah untuk mencari Tuhan pada bagian
ini adalah perintah dari Allah yang secara langsung dinyatakan kepada bangsa
Israel. Mengapa? Karena ada saatnya Allah tidak berkenan untuk ditemui (Ibr.
3:7-11). Jadi perintah ini sangat penting.
Kedua,
berserulah kepada-Nya selama Ia dekat. Kata “berseru” pada bagian ini juga
bersifat qal imperatif, kata yang dipakai adalah “qara.” Dari hal ini jelas
terlihat bahwa Allah rindu kepada bangsa Israel. Oleh karena itu Ia ingin
mereka berseru kepada-Nya melalui perintah ini.
Ketiga, orang
fasik dan orang jahat diperintahkan untuk meninggalkan jalan dan rancangannya
sendiri. Mengapa? Karena hanya jalan dan rancangan Tuhan yang benar.
Keempat, orang
fasik dan orang jahat juga diperintahkan untuk kembali kepada Tuhan dan
mengasihi Tuhan. Mengapa mereka harus datang dan kembali kepada Tuhan? Karena
hanya Tuhan yang dapat memulihkan dan mengampuni mereka. Allah akan mengampuni
mereka secara berkelimpahan. Kata “berkelimpahan” yang digunakan adalah,
“yarbeh.” Kata ini bersifat hifil imperatif yang artinya merupakan ekspresi
yang timbul akibat perintah aktif sebelumnya. Kata tersebut juga merupakan
pernyataan deklaratif tentang keadaan seseorang. Jadi, ketika Allah meminta
Israel untuk datang dan kembali pada-Nya, maka mereka akan diampuni secara
berkelimpahan. Keadaan mereka yang berdosa tidak menjadi persoalan bagi Allah
dalam mengampuni. Pada bagian ini terlihat secara jelas bahwa Allah mengasihi
orang-orang berdosa dan tidak menginginkan kematian orang-orang berdosa.
2. Alasan Untuk Patuh Kepada Allah (ay. 8-9)
Pada ayat 8-9
ditunjukkan apa alasan orang Israel diperintahkan untuk patuh kepada perintah
Allah. Alasannya adalah karena Allah berkuasa dan berdaulat. Allah berdaulat
atas kehidupan manusia yaitu: Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku,
demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari
bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari
rancanganmu.
Dari hal ini terlihat bahwa rancangan Allah berbeda dengan rancangan
manusia, jalan Allah berbeda dengan jalan manusia. Yesaya juga menuliskan bahwa
jalan dan rancangan Allah sangat tinggi, tidak dapat digapai atau dimengerti
manusia, seperti tingginya langit dari bumi, sehingga tidak ada satupun manusia
yang dapat memahami pikiran Allah.
Lantas bagaimana
relevansi firman Tuhan ini dalam kehidupan umat Tuhan?
Pertama, Sebagai
orang-orang yang telah menerima keselamatan, apakah kita telah mencari Allah
setiap waktu dalam saat teduh dan doa pribadi kita? Dalam kehidupan kita
sehari-hari, apakah sudah berseru kepada Tuhan melalui hubungan pribadi kita
dengan Allah? Banyak sekarang manusia bahkan hamba Tuhan yang berseru pada
manusia, harta dan ilah-ilah lain saat memiliki masalah. Saat pergumulan
datang, maka yang dilakukan adalah sedih, meminta bantuan kepada orang-orang
yang memiliki kedudukan, bukan berdoa memohon kepada Tuhan. Bahkan buat
cita-cita dan masa depan yang dilakukan adalah menyogok instansi sekolah, bukan
belajar dan berdoa, serta berseru kepada Tuhan. Ketika melayani atau ketika
ujian dan masa study dikampus, kemanakah kita mengadu dan berseru? Apakah kepada
Allah atau kepada oknum lain? Apakah seperti ini sikap orang-orang yang
diselamatkan? Orang-orang yang diselamatkan adalah orang yang mau datang,
mencari Allah dan berseru kepada-Nya. Mereka tidak lagi mengandalkan diri
mereka atau sesuatu yang mereka punya, namun hanya kepada Allah saja.
Kedua,
Orang-orang yang diselamatkan juga harus memiliki komitmen untuk meninggalkan
kehidupan lama, dosa-dosa lama ataupun dosa-dosa favorit yang sangat sulit
untuk ditinggalkan. Jika dahulu berbicara kasar, cobalah untuk berubah menjadi
lebih lembut, jika dulu suka mengejek penampilan sesama, cobalah untuk
menghargai karya Allah dalam diri manusia. Jika dulu suka berfikiran negatif
atas semua yang dilakukan sesamanya, belajarlah untuk menyalibkan fikiran
tersebut. Jika dulu suka mencontek dan malas belajar, cobalah untuk lebih rajin
belajar, sebab orang yang sudah diselamatkan menerima Allah sebagai bapanya dan
kita menjadi anak-Nya, ketika Allah adalah Bapa kita dan kita anak-Nya, maka
sikap kita haruslah seperti Bapa kita yang penuh dengan buah-buah Roh.
Ketiga, belajar
untuk menyadari kekuasaan dan kedaulatan Allah. Semua yang terjadi dalam hidup
kita adalah jalan dan rencana Allah. Jadi kita harus berserah, bukan berarti
kita percaya kepada nasib atau takdir yang sudah mutlak dan kita pasrah saja
menerima sehingga tidak berusaha dan berbuat sesuatu untuk hidup kita. Hal yang
ditekankan pada bagian ini adalah mengakui bahwa dalam segala hal yang kita
rancangankan, Allah berkenan untuk menyatakan kehendak-Nya. Kita sebagai
mahasiswa/i teologia, marilah belajar untuk memahami kehendak Allah dalam hidup
kita. Jangan ketika ditanyakan, apakah bebanmu sehingga kamu masuk sekolah
tinggi teologia, kamu tidak tahu. Bahkan memberi alasan karena disuruh
orangtua, karena mau cepat kerja atau supaya disegani dikeluarga. Tetapi
sadarkah, mengapa anda datang, belajar dan dibina ditempat ini?
Hal ini juga
merupakan masalah yang sering terjadi di kehidupan jemaat, banyak umat Tuhan
yang tidak mengakui kedaulatan Allah, ketika segala sesuatu yang mereka
rancangkan dalam hidup tidak terjadi dalam kehidupan mereka, mereka menyalahkan
Tuhan. Bukan hanya itu, banyak juga gereja-gereja yang mengajarkan jika kita
bersama Tuhan, memberikan perpuluhan, rajin mengikuti ibadah, berdoa dan berpuasa
semua akan baik-baik saja dan semua akan terjadi seperti yang kita ingini asal
kita meminta kepadanya. Apakah sikap seperti ini yang mengakui kedaulatan
Allah? Bagaimana posisi kita sebagai orang percaya dalam menghadapi situasi
ini, jika kita sendiri tidak mengakui kedaulatan Allah dalam hidup kita?
Memahami kehendak Tuhan dalam hidup kita, memang
bukan perkara gampang, kita dapat mengetahui apa maunya Tuhan, jika kita selalu
menjaga hubungan intim kita dengan-Nya. Bukan hanya itu, karena keberdosaan
kita, kita juga sulit untuk memahami rancangan Tuhan dalam hidup kita. Namun, selama taat dan menjalin terus hubungan dengan Allah, maka Allah akan menganugerahkan pemahaman dalam memahami kehendak-Nya
Komentar
Posting Komentar