Bersukacita Karena Percaya (Yohanes 9:35-41)



Pernahkah kita melihat orang yang selalu susah di dalam hidupnya? Sudah miskin, penyakitan, ditinggalkan oleh semua keluarga lagi! Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga. Sebagian dari kita mungkin pernah melihatnya. Lantas, bagaimana respons kita saat melihat orang yang hidupnya susah dan penuh penderitaan? Apakah kita dengan rela hati mendoakan mereka? Atau kita pernah mengutuki dengan mengatakan bahwa mereka orang yang hina dan sangat berdosa? Kita menganggap bahwa mereka lebih berdosa dari pada kita.
Hal ini bukan hanya terjadi di masa ini, ribuan tahun lalu pun pemahaman ini dianut oleh bangsa Israel. Terkhusus, konteks perikop ini berbicara mengenai seorang pria yang buta sejak lahirnya.

Perikop ini akan dibagi menjadi beberapa poin penting:

1. Pria Buta dicelikkan

Pria yang dimunculkan dalam kisah ini mengalami kesembuhan dari kebutaan. Alkitab menyaksikan bahwa Ia buta sejak lahir dan duduk di tepi jalan untuk mengemis. Murid-murid dan Yesus melewatinya, namun murid-murid menanyakan suatu pertanyaan kepada Yesus, "Rabi, siapakah yang berbuat dosa,  orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia (Yoh 9: 1-5). Dari hal ini kita dapat melihat bahwa, penderitaan yang dialami seseorang belum tentu karena ia atau keluarganya berdosa. Tetapi dosa pasti membuat seseorang menderita.
Menariknya Tuhan Yesus menolong pria tersebut dengan cara yang unik dan meminta dia untuk membasuh dirinya di kolam Siloam. Secara harafiah dia membersihkan dirinya dan kolam yang dipilih adalah Siloam. Arti Siloam adalah diutus, seolah-olah alkitab ingin menegaskan bahwa pria yang sembuh itu diutus untuk bersaksi akan dirinya yang sudah sembuh dari kebutaan dan mengalami pemulihan.
Pria tersebut taat dan melakukan apa yang Tuhan Yesus pesankan. Mukjizat Tuhan pun terjadi, dia yang buta sekarang melihat.
Dapatkah anda bayangkan betapa bersukacitanya pria itu? Dia yang dari lahirnya hanya dapat mendengar indahnya alam, adanya warna dan warni, kilaunya sinar matahari dan indahnya ciptaan Tuhan, sekarang dapat melihat. Pada proses ini secara jasmani ia dapat melihat. Bagaimana dengan kerohaniannya?

2. Pria Buta Dicelikkan dari Kebutaan Rohani

1. Respons Orang  Banyak dan Respons Orang Farisi
Setelah pria tersebut mengalami kesembuhan, banyak orang yang heran, takjub dan bahkan menganggap bahwa pria yang sembuh itu adalah orang lain yang mirip dengan dia yang buta dulu. Di tengah sukacita yang dialami oleh pria tersebut, mirisnya orang-orang Farisi mempermasalahkan hal ini. Secara khusus karena Yesus melakukan penyembuhan di hari Sabat. Mereka mendatangi orangtua pria tersebut seolah-olah ingin meminta pertanggungjawaban dari mereka. Perlu dipahami, di saat itu orangtua pria tersebut dapat saja dikeluarkan dari keanggotan jemaat, jika bersaksi akan mukjizat yang dikerjakan Yesus kepada anaknya.
Orang-orang Farisi menganggap bahwa Yesus bukan dari Allah dengan alasan "Ia tidak memelihara hari Sabat." Mereka juga menunjukkan kesombongannya dengan menyatakan bahwa mereka murid Musa.
Namun ada hal yang menggelitik, di mana 
pria miskin, yang buta dan yang tak pernah belajar hukum Taurat secara formal itu terlihat lebih bijak dan paham Firman Tuhan dari pada orang Farisi. Pria tersebut mengatakan, "Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku. Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh. 9:30-33)." Mendengar hal ini, orang-orang Farisi tersinggung, marah, dan membela diri dengan memegahkan diri sebagai orang yang sudah paham akan Firman Tuhan. Alhasil, mereka mengusir pria itu. Akan tetapi, melalui pernyataan pria ini, kita dapat melihat bahwa ia mulai menyadari bahwa Yesus datang dari Allah.

2. Respons Yesus dan Pria Yang Sembuh Dari Kebutaan

Melihat pria itu diusir, Yesus datang dan menantang iman pria tersebut. Adapun hal yang Yesus tanyakan adalah mengenai "iman," kepercayaan pria tersebut terhadap Anak Manusia. Suatu hal yang menakjubkan terjadi. Ia percaya kepada Yesus yang adalah Anak Manusia. Ungkapan "Anak Manusia" biasanya digunakan untuk menyatakan ke-ilahian Yesus, di mana Orang Israel percaya di zaman akhir, Anak Manusia akan datang, di mana Ia akan menerima kekuasaan, kemuliaan sebagai Raja dan orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa mengabdi pada-Nya. Kekuasaan-Nya kekal dan tidak akan lenyap, dan kerajaan-Nya tidak akan musnah (Dan. 7:13-14). Sebenarnya hal ini mendeskripsikan hakekat Allah.


Pria tersebut tidak hanya dengan mulut menyatakan bahwa dirinya percaya, namun juga dengan perbuatan, yaitu sikap menyembah Yesus. Hal yang unik kembali lagi terjadi, saat pria tersebut menyembah Yesus, Yesus tidak melarang nya. Kebanyakan tokoh-tokoh alkitab, bahkan malaikat sekalipun, saat disembah oleh manusia, mereka akan menolak dan mengatakan, "jangan perbuat demikian, kami juga adalah hamba sama seperti kalian." Ini membuktikan bahwa Yesus berbeda dengan mereka.
Siapakah Yesus? Dia adalah Pribadi yang menerima penyembahan dan yang harus disembah. Dengan perkataan lain, Dia adalah Allah. Melalui kesaksian ini, Yesus menegor dan menantang orang-orang Farisi yang terlihat pintar dan taat akan hukum Allah namun sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang buta yang sama sekali tidak mengenal Allah. Sungguh berbeda dengan pria yang tadinya buta namun kini mengalami pemulihan baik secara fisik maupun rohani.

Aplikasi

1. Dalam Injil Yohanes, mukjizat digunakan bukan untuk menekankan mukjizat itu namun siapa pribadi di balik mukjizat itu. Tidak heran, Yohanes sangat jeli menyeleksi semua mukjizat yang dilakukan Tuhan Yesus dan hanya menuliskan tujuh mukjizat yang akan digunakan sebagai alat peraga untuk mengenalkan identitas Yesus. Kita dapat melihat mukjizat penyembuhan orang buta yang sejak lahir ini, baru pertama kali ini terjadi sepanjang sejarah. Kebutaan tersebut dialami oleh pria itu selama bertahun-tahun sampai pria itu dewasa. Tuhan Yesus mengatakan, kebutaan itu bukan karena dosanya ataupun dosa orangtuanya, namun ia diizinkan mengalaminya supaya melalui dia, Tuhan  menyatakan pekerjaan-pekerjaan-Nya. Melalui mukjizat ini juga, hendak menunjukkan bahwa Yesus adalah Sumber Terang yang dapat mencelikkan mata siapapun.
Kebutaan yang dideskripsikan
 tidak hanya fisik namun juga kebutaan rohani, sama seperti orang Farisi yang mengatakan bahwa mereka melihat, namun mereka tidak mengenal Allah dan dosanya tetap. Kebutaan rohani merupakan kebutaan yang mengerikan, yang sangat sulit untuk dipulihkan, karena mereka yang mengalaminya, sering sekali tidak sadar jika mereka buta. Maka, berhati-hatilah, jangan-jangan kita adalah orang buta yang berlagak melihat? Kita belajar Firman Tuhan, kita mengenal Firman Tuhan, kita hafal hukum-hukum Tuhan, kita melayani Tuhan, namun sebenarnya kita buta, tidak mengenal Tuhan sama sekali.

Kesembuhan secara rohani hanya dapat diperoleh melalui Yesus, karena Yesus adalah Terang dunia. Mukjizat penyembuhan ini ingin mengatakan bahwa Yesuslah Terang dunia yang sanggup menerangi dan mencelikkan orang buta, meskipun secara manusiawi tidak dapat disembuhkan lagi. Kebutaan sejak lahir dapat ia pulihkan, juga kebutaan rohani. Mari mengenalkan Yesus kepada semua orang yang masih buta agar mereka melihat dan menyadari bahwa Yesuslah Terang Dunia.

2. Dari sikap Yesus kita dapat memahami bahwa tidak hanya pemulihan fisik yang kita butuhkan, namun yang lebih utama adalah pemulihan secara rohani. Setelah memulihkan pria tersebut secara jasmani, Tuhan Yesus menantang iman pria tersebut dan pria itu menyatakan iman kepercayaannya. Dia yang dulu buta sekarang melihat. Melihat secara jasmani dan rohani. Ini merupakan teladan bagi kita. Jangan biarkan kita sibuk hanya melayani "kebutuhan fisik" saja. Ingat, pengenalan akan Tuhan adalah hal yang lebih utama. Jika tidak demikian, orang-orang yang kita layani akan sama dengan orang-orang Farisi yang melihat tapi buta atau malah lebih mengerikan dari orang-orang Farisi tersebut.

3. Dari hal ini kita dapat melihat, orang yang dibuang oleh sekelompok rohaniawan dan masyarakat, adalah orang yang diterima oleh Tuhan saat mereka percaya dan berani menyaksikan pekerjaan Allah di dalam hidupnya. Mereka yang kelihatan lemah dan rentan, malahan merekalah orang-orang yang beriman. Kiranya kita adalah orang-orang yang demikian, meskipun terpingkirkan dan termarjinalkan, namun kitalah orang-orang yang berani bersaksi akan pekerjaan-pekerjaan Allah dalam hidup kita dan tidak takut untuk menyatakan iman meskipun kita akan dihindari, diejek dan diusir.

4. Keberanian bersaksi akan kuasa dan pekerjaan Tuhan diawali dari sukacita yang kita alami saat mengenal Tuhan. Sudahkah kita mengalami sukacita saat mengenal dan hidup dalam Tuhan? Percayalah kepada Allah dan alami sukacita. Dunia dan segala sesuatu yang kelihatan indah dan memuaskan tidak akan dapat membuat kita bersukacita. Sukacita abadi adalah ketika percaya kepada Tuhan, Sang Sumber Sukacita. Dunia dan segala sesuatu yang kelihatan indah dan memuaskan itu hanya dapat menghibur, bukan sumber sukacita. Hiburan yang diberikan pun hanya sesaat.

5. Kejarlah sukacita yang berasal dari iman, jangan pernah tinggalkan iman meskipun banyak orang akan menolak dan menganggap kita bodoh dan tidak berpengetahuan.

Komentar

Postingan Populer